Senin, 09 November 2015

Origin of Indonesia



Salam Sahabat^^.

Dalam beberapa hari terakhir ini, penulis cukup tergelitik untuk mengingat kembali cerita-cerita orang tua-tua dulu. Soal salah satu warisan budaya tua Nusantara. Ini terbesit setelah membaca dua artikel dari Pak Jati (rekan penulis di www.kompasiana.com). Yang pertama berjudul; Tombak Pusaka dan Kisahnya dalam Sejarah, dan diteruskan dengan; “Topo Wudo” Ratu Kalinyamat.

Menurut penulis, membaca kedua tulisan Pak Jati—yang mengaku King of Habul dan hanya Tuhan yang tahu apa maksud semua itu ahahaha—itu seperti membalik lembar-lembar ensiklopedia budaya negeri ini. Seolah, lewat tulisan—yang meski penulis rada kesal soalnya terlalu singkat—tersebut, Pak Jati ingin mengingatkan lagi pada kita semua jika negeri ini punya warisan teramat bagus untuk dilupakan.

Sadar atau tidak, tapi itulah yang terjadi saat sekarang ini. Berapa banyak generasi muda sekarang yang masih dan mengingat budaya (legenda, cerita rakyat, atau pun mitos) yang ada di Nusantara ini? Mereka dan kita semua lebih takjub pada budaya luar. Lewat film-film yang dihadirkan, dan ini yang sangat berandil besar dalam hal itu.


Kembali ke topik awal. Penulis yakin, kita semua mengetahui jika di satu daerah saja, itu sudah lebih dari hitungan lima jari ragam budaya yang ada. Dalam konteks ini, penulis ingin membidik soal cerita rakyat, ataupun hanya sekadar mitos yang sudah berkembang ratusan—bahkan mungkin ribuan—tahun yang lalu. Apatah lagi jika kita menggali tidak di satu daerah saja—dari Sabang sampai Merauke, hingga Miangas ke Pulau Rote.

Tidak usah berpanjang lebar lagi. Mari kita bicarakan satu dari sekian banyak mitos yang ada di Indonesia sebelum kita mengagumi mitos dari negeri luar.

#1. Werewolf/Lycanthropus.

Mari kita bahas sedikit soal si Manusia-Srigala ini. Werewolf atau Werewolves sendiri berasal dari bahasa Bangsa Franka ( latin; Franci atau gens Francorum ) yang mana bangsa/suku ini merupakan salah satu suku tertua yang nantinya berandil besar dalam membentuk Bangsa Jerman. Asal katanya; wer,  yang bermakna; manusia. Dan; wulf, yang bermakna; serigala.

Sedangkan istilah Lycans atau Lycanthropus berasal dari bahasa Yunani. Lykos; bermakna serigala, dan anthropus; berarti manusia.

Dalam perkembangannya—terima kasih kepada novelis, komikus, dan insan perfilman dari luar—makna nama Werewolf dan Lycanthropus yang awalnya sama menjadi sedikit bergeser. Werewolf digambarkan akan menjadi Manusia-Serigala seutuhnya pada purnama ketiga setelah seseorang itu terjangkit/tertular lewat gigitan atau pun cakaran. Sementara Lycans tidak begitu, dalam hal perubahan para Lycans mampu mengendalikan gen serigala di tubuh mereka. Dengan kata lain, Lycans bisa berubah ujud seenak jidatnya, tidak bergantung pada bulan purnama.

Cukup sampai di sana ulasan si Manusia-Serigala itu. Dan yaa, penulis yakin, banyak dari kita cukup mengagumi itu lewat film-film dari luar yang disuguhkan dengan efek animasi yang luar biasa. Meski, banyak dari kalangan ibu-ibu yang rada ngeri-ngeri sedap menonton film tentang itu.


Tapi, sebelum jauh mengagumi si Werewolf atau Lycans tersebut, tahukah Sahabat jika di dataran Nusantara ini kita juga memiliki legenda serupa? Mitos yang bahkan nyaris sama? Bahkan mungkin lebih tua lagi dari mitos luar itu sendiri.

Tidak tanggung-tanggung, ada tiga wilayah yang penulis ketahui memiliki mitos serupa.

1. Sibigau.

Di daerah Sumatera Barat ada mitos makhluk berkepala serigala, berbadan manusia, dan kedua tangan lebih panjang dari ukuran proporsional. Makhluk tersebut dikenal dengan nama Sibigau, dengan tinggi tubuh hanya sepundak manusia dewasa.
Meskipun ada bentuk penggambaran lain dari sosok Sibigau sebagai Orang-Pendek atau Uhang Pandak yang diketahui tidak saja terlihat penampakannya di Jambi, tapi juga Bengkulu dan sekitarnya.

Uniknya, Sibigau ini cukup usil terhadap manusia—khususnya mereka yang suka berkemah di gunung. Semisal; jika naik ke Gunung Singkarak, jangan membawa bekal ikan, apalagi yang sudah digoreng dan dibaluri sambal, sebab Sibigau akan mengikuti.

2. Buburu.

Beranjak sedikit ke timur, lebih tepatnya sebagian wilayah Kepulauan Riau yang lebih dekat ke daratan utama. Maka di sini, penulis sering mendengar ujar-ujar/nasihat orang tua tentang larangan terhadap anak-anak mereka jika ingin bermain ke hutan, lebih-lebih hutan yang belum terjamah.

“Nak, kalau engkau di hutan dan ketakutan, lalu engkau menemukan telapak kaki besar. Jangan engkau lari ke mana arah tumit dari jejak telapak itu. Sebab kau pasti akan bertemu dengan Buburu. Tapi, larilah ke arah mana jejak jari kaki itu, dan pasti engkau akan selamat.”

Buburu digambarkan sebagai sosok yang besar—lebih tinggi dari orang dewasa—dengan bentuk tubuh nyaris serupa dengan penggambaran Sibigau ataupun Werewolf. Hanya saja, sepasang kakinya terbalik. Jadi, jika Buburu berlari itu terlihat seperti mundur.

Berbeda dengan Sibigau, Buburu terkenal lebih kejam kepada manusia. Bahkan sebagian cerita, Buburu sangat menyukai jantung manusia yang masih hangat. Tapi, Buburu tidak berburu di mana manusia tinggal, ia hanya akan menyerang orang-orang yang tersesat dalam hutan.

3. Si Aul atau Aul.

Nah, sekarang kita beranjak ke Pulau Jawa, lebih tepatnya wilayah di mana suku Sunda berdiam—Tanah Pasundan. Di sini kita akan menemui mitos serupa dengan Werewolf, dan penduduk setempat lebih mengenal dengan nama; Aul atau Si Aul.

Digambarkan; Si Aul memiliki tubuh seukuran manusia normal. Hanya saja jika dibanding dengan Werewolf ataupun Lycanthropus, mungkin Si Aul jauh lebih unggul. Pasalnya, Si Aul dalam ujud kesehariannya menyerupai serigala besar. Namun ia juga bisa berjalan dengan kedua kaki belakangnya. Nah, jika dalam mode seperti itu, tubuh Si Aul akan mengalami sedikit perubahan. Yakni; kepala yang seharusnya menghadap ke depan, justru terbalik jadi menghadap ke belakang.

Berbeda dengan Sibigau maupun Buburu, Si Aul lebih suka memangsa ternak warga. Dalam hal ini adalah jeroan kambing.


Nah, bagaimana Sahabat? Tidakkah patut kita lebih mengagumi legenda ataupun mitos dari negeri sendiri? Yaa, sukur-sukur ada insan perfilman yang mengangkat cerita rakyat tersebut ke layar kaca, hingga masyarakat luar pun mengenal jika di sini kita pun punya cerita Manusia-Serigala Origin of Indonesia.

Yup, cukup sekian dulu ulasan singkat soal Manusia-Serigala, lain waktu akan penulis sambung dengan mitos/legenda/cerita rakyat yang lainnya, yang tentu saja sesuatu yang bisa disandingkan dengan mitos dari negara luar.

Salam Indahnya Negeriku.

Dari berbagai sumber.
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

2 komentar:

  1. ditunggu cerpennya berdasarkan mitos2 itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Bang Denny^^
      hmm, kalo cerpen sih belum pernah yang mitos-mitos Bang
      tapi kalo novel sih, udah ada yang rilis (Fantasytopia) berdasarkan makhluk-makhluk mitologi itu :)

      Hapus